Monday, 10 December 2012

Buatmu


Kau tahu, ada seratus pertanyaan berkejaran di pikiranku saat ini. Seperti, apakah setiap kali kau melihatku sama dengan pertama kali kau melihatku? Atau, apakah cara senyuman yang merebak di wajahmu untukku masih sama seperti dulu? Apakah saat ini kau adalah penjahat bagi hidupku? Aku tahu lebih daripada kebanyakan orang  bahwa penjahat tidak selalu bandit kejam memakai jaket kulit hitam dengan cap besar di jidatnya, memperingatkan kita untuk menyingkir. Penjahat duduk di sebelah kita di dalam bus. Mereka membungkus belanjaan kita, dan bahkan mengajar anak-anakmu.  Mereka kelihatan sama saja seperti kita, dan justru karena itu mereka bisa melakukan kejahatan tanpa kau tahu. Tapi tidak. Kau bukan penjahat. Pertanyaan-pertanyaan itu sekarang sedang mengembara mencari jalan keluar dari tenggorokanku.

Dan saat ini, aku ingat satu ketika di mana air mataku bisa menyelinap di atas pipiku, saat kau ada di hadapanku. Itu hanya karena betapa aku ternyata cemburu padanya. Itu terasa seperti panas yang menjalar menjelajahi tubuh. Lalu, kau memilih untuk menenangkanku. Aku terhenyak karena perasaan bahwa meskipun aku tampak persis sebagaimana aku tampak, tetapi aku seperti gelembung sabun yang akan langsung lenyap kalau aku terlalu dekat padamu.

Aku harus mengakui bahwa ada saat-saat aku ingin sekali menjadi gadismu. Seperti ketika kau memanggil seseorangmu dengan panggilan khusus, seperti ketika aku harus diam tak bersuara dan mendengarkan pembicaraanmu di telepon dengannya, seperti ketika aku dipisahkan ratusan kilometer darimu sedang aku tahu kau bersamanya. Tetapi sebanyak aku melihat senyumanmu, atau menghirup aroma parfummu, atau bahkan mendengarmu meminta izinku untuk menyalakan rokok saat aku ada di sampingmu, masih juga ada ribuan saat yang bukan milikku.

Lintang dan bujur kita tak berubah jauh, meski rotasiku masih berporos padamu, namun kutemukan ada planet lain yang mengorbit dan berotasi mengelilingimu. Ada seseorang yang telah menanam senyum yang telah mengusik ruang imajimu. Dia.

 Ciamis, Agustus 2011
Inspired by my friend’s story. First published on Facebook.

No comments:

Post a Comment