Monday, 10 December 2012

Pramugari = Obsesi


                Sewaktu kecil, kalian punya cita-cita mau jadi apa kalau sudah besar? Pasti punya kan, dan kebanyakan pasti akan menjawab bercita-cita jadi dokter, guru, polisi, tentara, atau presiden. Seringnya, seiring berjalannya waktu cita-cita seperti tadi hilang, berganti menjadi cita-cita yang lain. Gue juga punya cita-cita masa kecil. Setiap ada orang yang bertanya apa cita-cita gue, gue jawab, “Ingin jadi pramugari.” Ajaibnya, cita-cita itu ga berubah meskipun waktu merubah gue dan segalanya di dunia. Sampai detik ini, gue masih sangat ingin jadi pramugari. Unfortunately, kayanya itu memang merupakan cita-cita semata. Gue ga bisa meraih impian gue untuk jadi pramugari. Persyaratan pertama dan mutlak dari seorang pramugari adalah
penampilan. Tinggi gue cuma 155 cm, dan tinggi segitu ga bakal cukup untuk nutup pintu kabin di atas tempat duduk di pesawat! Kecuali gue pake high heels berbelas-belas senti ya. Selanjutnya, gigi gue ga rapi. Hahaha. Gigi gue gingsul dan ga rata. So, kalaupun gue ikutan tes untuk jadi pramugari, dipastikan gue bakal langsung gugur di tahap pertama. Hehehe. Padahal gue optimis di luar penampilan gue yang sedikit mengganggu tadi, gue bisa jadi pramugari. Gue senang berkomunikasi dengan orang-orang, gue senang pamer senyum, gue punya wawasan yang cukup luas, gue bisa stay cool and calm, dan rasanya gue juga punya capability untuk jadi seorang pramugari. Ada gak sih maskapai yang ga mengharuskan fisik pramugari harus sesempurna model atau artis sinetron? 

                Profesi pramugari itu sangat menarik. Saking menariknya, gue senang kalau nonton film bertema kehidupan di udara dan bersemangat kalau baca novel atau buku dengan tema yang sama. Menurut gue, profesi itu bukan sebuah profesi yang gampang. Seorang pramugari punya tanggung jawab lebih dari sekedar melayani penumpang pesawat dengan menyediakan makan, minum, membagikan selimut, atau apapun itu. Pramugari bahkan bertanggung jawab atas keselamatan penumpang. Pramugari juga harus memastikan kenyamanan penumpang. Karena itu, tak jarang pramugari kena omelan ini-itu dari penumpang pesawat. Harus legowo dong. Jangan makan hati. Di situlah letak tantangannya, bagaimana pramugari bisa tetap me-manage pikiran, perasaaan dan sikapnya dalam menghadapi semua omelan penumpang. Hal menarik lain adalah profesi pramugari itu bersifat dinamis, gak monoton. Setiap harinya mereka bertemu dengan orang-orang baru, yang sudah tentu berbeda sifat dan karakter. Buat gue itu menyenangkan karena gue senang bertemu dan berinteraksi  dengan orang-orang, termasuk orang-orang baru. 

                Ada beberapa orang yang gue kenal yang berprofesi sebagai pramugari. Pertama, Mbak Fivta. Mbak Fivta ini adalah kakak dari pria yang dulu sekali pernah dekat sama gue. Orangnya cantik dan menyenangkan. Kedua, ada Fajar Seja. Dia adalah teman SMA dari salah satu sahabat gue, Gilang. Orangnya cantik, tapi gue ga begitu kenal karena kita cuma sebatas berteman di BBM. Ketiga ada Safitri yang notabene adalah teman sekolah gue pas SMA. Dia cantik, tinggi, juga pintar. Nah, untuk yang selanjutnya gue ga bisa bilang udah kenal, gue cuma tau secara ga langsung. Ada Mbak Nia, yang merupakan adik dari pacar gue sekarang. Gue tau dia seorang pramugari karena pacar gue cerita. Orangnya cantik.
                Pemirsaaaaa, melihat dan mengetahui bahwa orang-orang yang gue kenal tadi adalah pramugari bikin gue rada iri. Sedikit terluka gitu deh hati gue. Hehehe. Gue pikir kalau bisa bertukar kehidupan sehari aja sama orang lain, gue pengen tukeran sama pramugari deh. Gue pengen sekali aja menjalani hari sebagai seorang pramugari. Sepertinya menyenangkan, ya?

Desember 2012
Regards,
Balqis

1 comment:

  1. Hai kak, sekedar info utk kk
    Setau saya TB 155 cm masih bisa loh diterima jadi pramugari di maskapai Qatar / Etihad tetapi dgn syarat amrich 212 cm

    ReplyDelete