Monday, 10 December 2012

Metroseksual, A New Lifestyle


                Berawal dari nonton acara Redaksi Siang di Trans 7 beberapa minggu lalu, ada liputan tentang para pria metroseksual di Jepang dan Korea Selatan. Mereka mengharuskan diri pergi ke salon setidaknya dua kali dalam seminggu untuk melakukan berbagai macam perawatan, dan menghabiskan biaya sedikitnya 12 juta rupiah per bulan. Fakta itu lumayan bikin gue melongo, meskipun gue tahu di Indonesia bisa jadi lebih dari itu. Tak hanya di Jepang dan Korea Selatan saja, fenomena serupa juga terjadi di negara lain. Seperti dikutip dari situs Vemale.com, penelitian menunjukkan bahwa saat ini pria semakin banyak yg pergi ke salon. Di Inggris naik sebesar 66% dan di Skotlandia naik sekitar 74%.

                Berbicara tentang perilaku gaya hidup pria metroseksual memang bukan hal yang tabu lagi ya. Pria metroseksual sudah sering dijumpai di manapun, terutama di kota-kota besar. Apa sih metroseksual itu? Dari situs Arthazone.com yang pernah gue baca, istilah metroseksual berasal dari Bahasa Yunani, yaitu metropolis yang berarti ibu kota, plus seksual. Lebih jauh lagi, pria metroseksual didefiniskan sebagai sosok pria muda yang berpenampilan dandy, senang memanjakan diri, sangat peduli dengan penampilan, senang menjadi pusat perhatian. Ciri-cirinya selalu ingin tampil rapi bersih wangi, rajin ke salon, mengenal merk terkenal dengan baik, mampu berbelanja berjam-jam tanpa rasa lelah, rajin ke pusat kebugaran, suka fashion, berpikiran liberal dan santai. Psikolog Kassandra Putranto, Psi. mengatakan bahwa gaya hidup metroseksual adalah hasil dari interaksi banyak elemen; natural/genetik misalnya jika ibu-ayah sangat memperhatikan penampilan biasanya si anak akan cenderung menerima sifat serupa, lalu lingkungan/kebiasaan orang sekitar, dan pilihan hidup seperti socialite atau publik figur yang mau tidak mau menuntut gaya hidup seperti itu. 

                Pemirsaaa, dulu itu memang lain ya dengan sekarang. Sekarang ini lebih banyak pria yang membeli sendiri produk perawatan kulit/penampilan, padahal 10 tahun lalu dibelikan perempuan. Karena perubahan gaya hidup itu pula, industri kosmetik/perawatan untuk pria semakin meningkat. Coba deh kita liat sekarang, ada berbagai macam produk perawatan khusus pria, mulai dari sabun mandi, hand and body lotion, serta masih banyak lagi. Jaman sekarang pria juga tidak lagi pergi ke barbershop khusus untuk pria untuk potong rambut, melainkan ke salon. Dan ga cuma potong rambut loh, pria juga sudah biasa memanfaatkan servis lain seperti facial, spa, massage, tanning, meni-pedi, hingga hair removal. 

                Muncul sebuah pertanyaan, apa faktor yang melatarbelakangi gaya hidup metroseksual itu? Gue coba cari tahu dan dari beberapa informasi yang melibatkan narasumber pria metroseksual, hal itu ternyata tak hanya didasari oleh keinginan untuk tampil keren dan classy di mata perempuan, tetapi juga untuk kesegaran dan kesiapan aktivitas di tengah kesibukan berbisnis. Karena tuntutan profesi, bagi orang yang menjadi ujung tombak perusahaan yang berhubungan dengan customer secara langsung, penampilan itu adalah hal utama. Hal itu biasanya bisa mendongkrak citra diri di mata klien. Dengan modal penampilan sedemikian rupa itu, klien akan berpandangan bahwa dia adalah pria sukses dan mapan sehingga mereka menaruh kepercayaan yang lebih. Ya jelas mapan lah, pria metroseksual umumnya pria dengan penghasilan yang cukup besar, 20-50 juta rupiah. Tentu harus berpenghasilan besar karena budget untuk melakukan perawatan itu gak murah.

                Yaaaah, karena jaman sudah berubah, gaya hidup yang baru seperti ini sangat sah-sah aja. Toh positifnya hal itu bisa dinilai sebagai peningkatan kualitas diri. Oh ya, dan ga merugikan orang lain juga. Selama itu baik, kenapa tidak?

Desember 2012




No comments:

Post a Comment