Berawal dari nonton acara
Redaksi Siang di Trans 7 beberapa minggu lalu, ada liputan tentang para pria
metroseksual di Jepang dan Korea Selatan. Mereka mengharuskan diri pergi ke
salon setidaknya dua kali dalam seminggu untuk melakukan berbagai macam
perawatan, dan menghabiskan biaya sedikitnya 12 juta rupiah per bulan. Fakta
itu lumayan bikin gue melongo, meskipun gue tahu di Indonesia bisa jadi lebih
dari itu. Tak hanya di Jepang dan Korea Selatan saja, fenomena serupa juga
terjadi di negara lain. Seperti dikutip dari situs Vemale.com, penelitian
menunjukkan bahwa saat ini pria semakin banyak yg pergi ke salon. Di Inggris
naik sebesar 66% dan di Skotlandia naik sekitar 74%.
Berbicara tentang perilaku gaya
hidup pria metroseksual memang bukan hal yang tabu lagi ya. Pria metroseksual
sudah sering dijumpai di manapun, terutama di kota-kota besar. Apa sih
metroseksual itu? Dari situs Arthazone.com yang pernah gue baca, istilah
metroseksual berasal dari Bahasa Yunani, yaitu metropolis yang berarti ibu
kota, plus seksual. Lebih jauh lagi, pria metroseksual didefiniskan sebagai
sosok pria muda yang berpenampilan dandy, senang memanjakan diri, sangat peduli
dengan penampilan, senang menjadi pusat perhatian. Ciri-cirinya selalu ingin
tampil rapi bersih wangi, rajin ke salon, mengenal merk terkenal dengan baik,
mampu berbelanja berjam-jam tanpa rasa lelah, rajin ke pusat kebugaran, suka
fashion, berpikiran liberal dan santai. Psikolog Kassandra Putranto, Psi.
mengatakan bahwa gaya hidup metroseksual adalah hasil dari interaksi banyak
elemen; natural/genetik misalnya jika ibu-ayah sangat memperhatikan penampilan
biasanya si anak akan cenderung menerima sifat serupa, lalu lingkungan/kebiasaan
orang sekitar, dan pilihan hidup seperti socialite atau publik figur yang mau
tidak mau menuntut gaya hidup seperti itu.
Pemirsaaa, dulu itu memang lain
ya dengan sekarang. Sekarang ini lebih banyak pria yang membeli sendiri produk
perawatan kulit/penampilan, padahal 10 tahun lalu dibelikan perempuan. Karena
perubahan gaya hidup itu pula, industri kosmetik/perawatan untuk pria semakin
meningkat. Coba deh kita liat sekarang, ada berbagai macam produk perawatan
khusus pria, mulai dari sabun mandi, hand and body lotion, serta masih banyak
lagi. Jaman sekarang pria juga tidak lagi pergi ke barbershop khusus untuk pria
untuk potong rambut, melainkan ke salon. Dan ga cuma potong rambut loh, pria
juga sudah biasa memanfaatkan servis lain seperti facial, spa, massage,
tanning, meni-pedi, hingga hair removal.
Muncul sebuah pertanyaan, apa
faktor yang melatarbelakangi gaya hidup metroseksual itu? Gue coba cari tahu
dan dari beberapa informasi yang melibatkan narasumber pria metroseksual, hal
itu ternyata tak hanya didasari oleh keinginan untuk tampil keren dan classy di
mata perempuan, tetapi juga untuk kesegaran dan kesiapan aktivitas di tengah
kesibukan berbisnis. Karena tuntutan profesi, bagi orang yang menjadi ujung
tombak perusahaan yang berhubungan dengan customer secara langsung, penampilan
itu adalah hal utama. Hal itu biasanya bisa mendongkrak citra diri di mata
klien. Dengan modal penampilan sedemikian rupa itu, klien akan berpandangan
bahwa dia adalah pria sukses dan mapan sehingga mereka menaruh kepercayaan yang
lebih. Ya jelas mapan lah, pria metroseksual umumnya pria dengan penghasilan
yang cukup besar, 20-50 juta rupiah. Tentu harus berpenghasilan besar karena
budget untuk melakukan perawatan itu gak murah.
Yaaaah, karena jaman sudah
berubah, gaya hidup yang baru seperti ini sangat sah-sah aja. Toh positifnya
hal itu bisa dinilai sebagai peningkatan kualitas diri. Oh ya, dan ga merugikan
orang lain juga. Selama itu baik, kenapa tidak?
Desember
2012
No comments:
Post a Comment