Gue ga ada niatan kepo, serius!
Ini beneran ga sengaja gue baca diary adik bungsu gue beberapa minggu lalu. Gue
kira binder yang tergeletak di meja tempat biasa gue ngetik itu bukan catatan
harian. Karena gue udah terlanjur buka halaman yang ada tulisan “November” di
ujung atas sebelah kanan, I decided to keep reading. Bagusnya, apa yang gue
baca itu adalah curhatan adik gue, TENTANG GUE! Sambil cekakak-cekikik dan
celingukan karena takut ketahuan, gue berusaha mencerna semua yang gue baca di
situ.
Paragraf awal yang gue ingat
adalah, “Gue pengen kayak kakak cewe gue,
dia kuliah jurusan Bahasa Inggris, cantik, pinter, kutu buku, pendiam, cuek,
pandai berbicara, dan pandai dalam segala bidang.Dia juga punya suara emas.
Lengkap banget kan? Satu kekurangan dia, yaitu pendek.”
Ebuseeeettt, yang tadinya gue
hampir sampai di khayangan karena liat sederet hal bagus tentang gue, tiba-tiba
langsung ambruk ke bumi. Gue kira cuma gue doang yang aware sama kependekan
tubuh gue, ga taunya adik gue juga menaruh perhatian lebih. Oke pemirsa, gue di
sini bukan mau bahas hal-hal bagus seperti yang diabsenin adik gue, tapi menyoroti
kalimat terakhir dari paragraf awal curhatan adik gue di atas.
Sebetulnya benar juga sih dan
wajar adik gue bilang gitu. That’s the fact, ga bisa ditutup-tutupi. Lagian,
meski tinggi gue gak jauh-jauh amat sama adik gue, tetap aja gue kebilang pendek.
Lah umur gue udah kepala dua sedangkan adik gue masih kelas 3 SMP, which is dia
masih 14 tahun. Pertumbuhan tinggi badan gue udah berhenti sedangkan adik gue
masih akan bertumbuh ke atas. Mungkin itu yang mendasari dia menjadi narsis di
paragraf kedua curhatannya. Liat nih, pemirsaaa...
“Tapi Tuhan emank bener-bener
Maha Adil yah. Gue aja yang cantik, hehe (pede) badan bagus, tapi gak sepinter
kakak gue ituh....”
Hadoh, adik gue ini memang perlu
disadarkan bahwa dia juga punya banyak kelebihan dan keistimewaan. Gue suka
sama kalimat terakhir dia di curhatannya (sayang ga sempat gue foto). Dia
bilang, “Gue selalu berusaha buat jadi
seperti dia.” Gue pikir, niat dia untuk bisa meningkatkan kualitas dirinya
dengan melihat dan menganggap gue punya banyak hal positif, patut diacungi
jempol. Biasanya, akan besar kemungkinan orang yang berada dalam situasi
seperti adik gue ini terkena penyakit iri hati atau dengki. Tapi gue bangga
adik gue gak seperti itu. Dari Lulu, adik gue ini, gue belajar satu hal, bahwa
orang lain saja bisa melihat keistimewaan kita, mengapa kita seringkali tidak
bisa melihatnya lalu kemudian tidak bersyukur?
Desember
2012
No comments:
Post a Comment