Monday, 10 December 2012

Choosing to be Different


“Being different is beautiful. That’s why I seem beautiful as always.”

                That’s a bio on my twitter account. Why those words? Because it represents myself. I love being different. I dare to be different. 

                Dalam beberapa hal, gue merasa sangat sadar bahwa gue senang tampil berbeda dari orang kebanyakan. Gue kasih contoh dari soal penampilan dulu deh. Menurut survey yang dilakukan oleh Majalah CHIC, 68% pria Indonesia lebih suka melihat wanita berambut panjang, hitam, dan lurus. Dan kebanyakan perempuan senang mempunyai tampilan rambut seperti itu. Mungkin ini karena definisi cantik yang dibentuk sama media, khususnya iklan banyak produk di tv. Katanya cewe cantik
itu yang rambutnya panjang-hitam-lurus, kulit putih, tinggi-langsing, dsb. Setelah para cewe punya itu semua, gampang deh disukai para cowo. Setuju ga sih kalau itu definisi cantik yang sengaja dibentuk untuk mendoktrin masyarakat? Gue pernah juga kok punya rambut panjang, hitam dan lurus semasa SMP-SMA. Nah, di saat cewe-cewe lebih suka rambut panjang lurus, gue malah senang berambut pendek. Buat gue untuk tampil cantik ga harus berambut panjang-lurus-hitam. Rambut pendek juga cantik, malah kalau kata gue itu merepresentasikan cewe yang energic dan percaya diri. Hehehe, narsis mode: on. Di lingkungan kehidupan gue, gue memang jarang nemu teman cewe yang berambut pendek. Seragam semua; berambut panjang, dan ditambah hitam-lurus. Akhirnya, gue sering jadi yang berbeda. 

                Then, dari soal gaya berpakaian. Gue orangnya nyeleneh. Buat lingkungan di kota-kota besar, cewe pakai dress/rok itu adalah hal yang amat sangat biasa. Tapi kalau untuk ukuran di kota macam Ciamis ataupun Banjar, itu lebih dari biasa. Kenapa? Karena menurut pengamatan gue, jarang ada cewe yang sehari-harinya pakai dress/rok, apalagi ke kampus. Dan kalau elo ngampus dengan gaya begitu, siap-siap aja deh jadi bahan lirikan orang-orang sekampus. Karena gue orangnya nyeleneh dan suka berbeda, dari awal-awal mulai kuliah gue sering pakai rok ataupun dress ke kampus. Hehehe. Gue sih berpikirnya biarin jadi bahan lirikan orang-orang, toh inilah gaya gue. Oh ya, meskipun gue cuek orang mau bilang apa, tapi gue tetap mempertahankan unsur kepantasan. Maksudnya gaya gue itu pantas apa gak di gue. Untungnya, dulu sempat ada beberapa teman-teman yang bilang gaya gue ok. Hehehe. Narsis mode: on (again). Yah, tapi kadang gue ga bisa terlepas juga dari kesalahan bergaya. Wajar itu mah. Artis Hollywood aja ga setiap saat bisa tampil menawan, apalagi gue. 

                Berikutnya, lanjut ke penampilan fisik yang sebetulnya pernah gue sesali. Kenapa? Karena gara-gara ini cita-cita jadi pramugari mesti gue kubur dalam-dalam. Gigi gue gingsul, pemirsa. Ga bagus deh. Tapi gue senang karena pernah pada suatu ketika, gue baca tweet temen gue. Namanya Jonathan (buat yang mau follow twitternya monggo di @konjojo). Dia nge-tweet begini, “Yang nyeleneh biasanya lebih berkesan. Gingsul atau tahi lalat gituh.” Terus gue jawab, “Aku punya keduanya.” Kocaknya, kita memang belum pernah bertatap muka. Dari situ gue mikir, kenapa gue mesti ga bangga sama tampilan fisik gue yang bertahi lalat banyak dan bergigi gingsul? Oh gue mesti tambahin juga, pernah ada teman yang komen pas liat salah satu foto profil BBM gue, “Tangannya berbulu.” Hahaha. Emang iya sih. Tapi dia lanjut bilang, “Itu sexy.” Dan gue ingat bahwa teman gue yang lain, Lee Ming, pernah bilang suka liat tangan gue, ada bulu-bulu halusnya. Okaaaaayyyyy, gue terhibur. Padahal tadinya gue mau protes gini,”Kenapa sama gigi gingsul gue, kenapa sama tahi lalat gue, kenapa sama bulu tangan gue?!” Itulah, sesuatu yang membuat gue berbeda. Namun, perbedaan itu Tuhan yang pilih buat gue. Hehehe.

                Nah, tadi adalah beberapa hal yang bikin gue merasa senang tampil beda. Masih banyak hal lainnya sih, tapi gue akan lanjutkan di postingan yang lain. Thanks for reading. Have a nice day! 

Desember 2012

No comments:

Post a Comment