Suatu hari, saya tidak sengaja menemukan foto yang di
upload oleh seorang teman ke jejaring facebook.
Sedikit terkejut, namun banyak ingin tertawanya saat melihat foto itu.
Beginilah penampakannya,
Itu adalah sebuah headline
surat kabar yang iseng difoto oleh teman saya. Saya
tidak tahan untuk tidak tertawa saat melihat headline yang “ribet” itu. Seperti diagram! Seperti alur penerimaan uang hasil suap dan korupsi pejabat teras negeri ini! Satu hal lagi yang membuat saya tertawa terguling-guling adalah bahasa yang bukan bahasa koran yang selama ini sering kita jumpai! “Nge-ho’oh.” Apa itu? Saya yakin Anda mengerti apa maksud kata tersebut, tapi rasanya itu terlalu tidak bermutu untuk tercantum dalam sebuah headline surat kabar. Kalimat “Koran gak mutu!” adalah deskripsi yang tertera dalam photo caption facebook sang peng-upload. Mungkin dia juga merasakan hal sama seperti yang saya rasakan setelah melihat foto hasil jepretannya, MIRIS! Oh ya, foto sang pelaku pria di headline itu mengingatkan saya pada seorang sahabat yang pernah melakukan kekonyolan mengganti wajah seorang racer Moto GP dengan wajahnya sendiri. Hmmm, saya dan beberapa teman sempat berpikir, jika sahabat saya itu melihat foto headline ini lebih dahulu daripada saya, apakah dia akan mengganti wajah pelaku di headlineitu dengan wajahnya juga? Menurut Anda?
tidak tahan untuk tidak tertawa saat melihat headline yang “ribet” itu. Seperti diagram! Seperti alur penerimaan uang hasil suap dan korupsi pejabat teras negeri ini! Satu hal lagi yang membuat saya tertawa terguling-guling adalah bahasa yang bukan bahasa koran yang selama ini sering kita jumpai! “Nge-ho’oh.” Apa itu? Saya yakin Anda mengerti apa maksud kata tersebut, tapi rasanya itu terlalu tidak bermutu untuk tercantum dalam sebuah headline surat kabar. Kalimat “Koran gak mutu!” adalah deskripsi yang tertera dalam photo caption facebook sang peng-upload. Mungkin dia juga merasakan hal sama seperti yang saya rasakan setelah melihat foto hasil jepretannya, MIRIS! Oh ya, foto sang pelaku pria di headline itu mengingatkan saya pada seorang sahabat yang pernah melakukan kekonyolan mengganti wajah seorang racer Moto GP dengan wajahnya sendiri. Hmmm, saya dan beberapa teman sempat berpikir, jika sahabat saya itu melihat foto headline ini lebih dahulu daripada saya, apakah dia akan mengganti wajah pelaku di headlineitu dengan wajahnya juga? Menurut Anda?
Kembali ke topik utama kita. Surat kabar
Lampu Merah Kuning Hijau yang salah satu headline
nya baru saja kita saksikan adalah satu dari beratus surat kabar di negeri kita
ini. Seperti dikutip dari situs tololpedia.com, “Lampu Merah
adalah koran/surat kabar yang terbit tiap hari (kecuali hari libur nasional)
berisi berbagai berita tentang tindak kriminal terutama di Jakarta, khususnya
di sekitar Lampu Merah.” Kabarnya, pemilihan nama itu sendiri terinspirasi oleh
banyaknya tindak kriminal yang terjadi di sekitar lampu merah (padahal banyak
polisi juga ya di lampu merah). Selain itu surat kabar yang satu ini isi
beritanya rata-rata tentang pemerkosaan, razia PSK, pencabulan, dan profil
artis bintang film panas. Tidak percaya? Coba lihat yang berikut ini!
Saya hanya bisa menggelengkan kepala sambil terkekeh-kekeh. Lucu
ya melihat sebuah kalimat berita yang di dalamnya dikomentari sang pewarta.
Judul berita “Cowok Udah Tua Masih Pacaran Aja” disusul oleh komentar “Takut
Kawin Kali Ya”. Hah, apa-apaan? Ditambah lagi dengan bahasa yang sangat tidak
berperikemanusiaan dan vulgar, lengkaplah sudah kemirisan saya terhadap surat
kabar ini. Tahu tidak, omzet penjualan surat kabar ini naik terus apalagi jika
ada kasus heboh terjadi. Headline yang ditulis dengan huruf
segede gaban berwarna-warni sepertinya menjadi daya tarik. Lagipula, dengan
kualitas kertas yang untuk membungkus gorengan pun mungkin tidak layak, harga
surat kabar ini menjadi murah. Itulah mengapa penjualannya cenderung naik. Yah,
mungkin hal itu tidak bisa disalahkan 100%. Toh, pembaca surat kabar ini bukan
orang-orang well educated yang
biasanya “mengkonsumsi” surat kabar berbahasa tinggi. Kebanyakan, surat kabar
ini ditemukan di pangkalan ojek, warteg atau semacamnya. Biarpun begitu, saya
salut kepada mereka. Setidaknya, mereka memilih untuk menambah wawasan berita
meski melalui surat kabar seperti ini. Two
thumbs up! Tapi sekali lagi, saya miris sekali dengan sisi kebahasaan dan
keetisan si Lampu Merah Kuning Hijau ini. Berhubung saat kecil saya juga sering
nimbrung membaca surat kabar langganan orang rumah (tentu saja bukan surat
kabar ini), saya merasa khawatir jika salah satu atau sebagian pembaca si Lampu
lalu lintas adalah anak-anak! Wah, vocabulary
nyeleneh mereka akan bertambah secara otomatis. Tentu hal seperti itu
bukanlah sesuatu yang mengagumkan. Jadi, ada baiknya jika sisi kebahasaan dan
keetisan mulai diperhatikan, setidaknya jangan terlalu vulgar seperti yang
sudah-sudah. Setuju?
Ciamis, September 2011
First published on facebook.
No comments:
Post a Comment