Monday, 10 December 2012

Lampu Merah, Kuning, Hijau*


Suatu hari, saya tidak sengaja menemukan foto yang di upload oleh seorang teman ke jejaring facebook. Sedikit terkejut, namun banyak ingin tertawanya saat melihat foto itu. Beginilah penampakannya,


Itu adalah sebuah headline surat kabar yang iseng difoto oleh teman saya. Saya
tidak tahan untuk tidak tertawa saat melihat headline yang “ribet” itu. Seperti diagram! Seperti alur penerimaan uang hasil suap dan korupsi pejabat teras negeri ini! Satu hal lagi yang membuat saya tertawa terguling-guling adalah bahasa yang bukan bahasa koran yang selama ini sering kita jumpai! “Nge-ho’oh.” Apa itu? Saya yakin Anda mengerti apa maksud kata tersebut, tapi rasanya itu terlalu tidak bermutu untuk tercantum dalam sebuah headline surat kabar. Kalimat “Koran gak mutu!” adalah deskripsi yang tertera dalam photo caption facebook sang peng-upload. Mungkin dia juga merasakan hal sama seperti yang saya rasakan setelah melihat foto hasil jepretannya, MIRIS! Oh ya, foto sang pelaku pria di headline itu mengingatkan saya pada seorang sahabat yang pernah melakukan kekonyolan mengganti wajah seorang racer Moto GP dengan wajahnya sendiri.  Hmmm, saya dan beberapa teman sempat berpikir, jika sahabat saya itu melihat foto headline ini lebih dahulu daripada saya, apakah dia akan mengganti wajah pelaku di headlineitu dengan wajahnya juga? Menurut Anda? 

        Kembali ke topik utama kita. Surat kabar Lampu Merah Kuning Hijau yang salah satu headline nya baru saja kita saksikan adalah satu dari beratus surat kabar di negeri kita ini. Seperti dikutip dari situs tololpedia.com, “Lampu Merah adalah koran/surat kabar yang terbit tiap hari (kecuali hari libur nasional) berisi berbagai berita tentang tindak kriminal terutama di Jakarta, khususnya di sekitar Lampu Merah.” Kabarnya, pemilihan nama itu sendiri terinspirasi oleh banyaknya tindak kriminal yang terjadi di sekitar lampu merah (padahal banyak polisi juga ya di lampu merah). Selain itu surat kabar yang satu ini isi beritanya rata-rata tentang pemerkosaan, razia PSK, pencabulan, dan profil artis bintang film panas. Tidak percaya? Coba lihat yang berikut ini!



Saya hanya bisa menggelengkan kepala sambil terkekeh-kekeh. Lucu ya melihat sebuah kalimat berita yang di dalamnya dikomentari sang pewarta. Judul berita “Cowok Udah Tua Masih Pacaran Aja” disusul oleh komentar “Takut Kawin Kali Ya”. Hah, apa-apaan? Ditambah lagi dengan bahasa yang sangat tidak berperikemanusiaan dan vulgar, lengkaplah sudah kemirisan saya terhadap surat kabar ini. Tahu tidak, omzet penjualan surat kabar ini naik terus apalagi jika ada kasus heboh terjadi.  Headline yang ditulis dengan huruf segede gaban berwarna-warni sepertinya menjadi daya tarik. Lagipula, dengan kualitas kertas yang untuk membungkus gorengan pun mungkin tidak layak, harga surat kabar ini menjadi murah. Itulah mengapa penjualannya cenderung naik. Yah, mungkin hal itu tidak bisa disalahkan 100%. Toh, pembaca surat kabar ini bukan orang-orang well educated yang biasanya “mengkonsumsi” surat kabar berbahasa tinggi. Kebanyakan, surat kabar ini ditemukan di pangkalan ojek, warteg atau semacamnya. Biarpun begitu, saya salut kepada mereka. Setidaknya, mereka memilih untuk menambah wawasan berita meski melalui surat kabar seperti ini. Two thumbs up! Tapi sekali lagi, saya miris sekali dengan sisi kebahasaan dan keetisan si Lampu Merah Kuning Hijau ini. Berhubung saat kecil saya juga sering nimbrung membaca surat kabar langganan orang rumah (tentu saja bukan surat kabar ini), saya merasa khawatir jika salah satu atau sebagian pembaca si Lampu lalu lintas adalah anak-anak! Wah, vocabulary nyeleneh mereka akan bertambah secara otomatis. Tentu hal seperti itu bukanlah sesuatu yang mengagumkan. Jadi, ada baiknya jika sisi kebahasaan dan keetisan mulai diperhatikan, setidaknya jangan terlalu vulgar seperti yang sudah-sudah. Setuju?

 Ciamis, September 2011
 First published on facebook.

No comments:

Post a Comment